Simak Prospek Reksadana Terproteksi di Tahun 2022

Tercatat beberapa manajer investasi masih tetap menerbitkan reksadana terproteksi dengan berbagai tantangannya. Salah satunya adalah PT Surya Timur Alam Raya Asset Management (STAR AM). Tercatat, STAR AM baru saja mendaftarkan rencana peluncuran produk Reksadana Terproteksi Star Protected XVII di KSEI.

Head of Institutional & Intermediary Business STAR AM Kemal Fajri Mohsin mengatakan saat ini pihaknya memang sudah memiliki izin efektif dari regulator untuk memasarkan beberapa seri reksadana terproteksi. Rencananya, produk tersebut akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2022.

Walaupun dihadapkan dengan kenyataan obligasi kini juga memiliki pajak yang sama, yakni 10%, Kemal cukup optimistis reksadana terproteksi masih punya peminat yang tinggi. Apalagi, underlying yang digunakan pada reksadana terproteksi milik STAR AM juga akan memberikan potensi return yang atraktif bagi para investor, khususnya investor ritel.

“Produk reksadana terproteksi ini kan juga bisa menjadi produk pengenal pertama bagi investor pemula yang belum berpengalaman berinvestasi,” kata Kemal.

Ia menambahkan, pada tahun ini minat investor terhadap reksadana terproteksi masih akan tetap tinggi. Terlebih lagi dengan adanya rencana kenaikan suku bunga pada tahun ini yang diproyeksi mengangkat return reksadana terproteksi pada tahun ini.

Kemal mengungkapkan bahwa hampir semua produk reksadana terproteksi yang akan diluncurkan STAR AM ditawarkan kepada investor ritel. Pemasaran melalui mitra distributor Agen Penjual Efek Reksadana (APERD) dan tim penjualan yang langsung terjun ke lapangan menawarkan kepada investor ritel jadi cara STAR AM memasarkan produknya.

Di satu sisi, pihaknya tak menampik bahwa reksadana terproteksi masih memiliki tantangan pada tahun ini. Menurutnya, saat ini supply obligasi korporasi masih cukup terbatas sehingga menjadi hambatan dalam penerbitan produk reksadana terproteksi baru.

Namun, dengan besarnya network dan jaringan yang kami punyai dalam mengakses underlying obligasi korporasi, kami melihat keterbatasan suplai ini dapat diatasi,” imbuhnya.

Terkait potensi kinerja reksadana terproteksi pada tahun ini, Wawan menilai hal tersebut sangat bergantung pada underlying masing-masing reksadana terproteksi.

Namun, ia memperkirakan, untuk reksadana terproteksi yang memiliki underlying obligasi korporasi dengan rating A, setidaknya bisa memberikan imbal hasil di kisaran 7%-10% pada tahun ini.