STAR Insight, Market Update 14 November 2022

Inflasi menurun, S&P 500 menguat 5.9%

Pasar saham Amerika Serikat S&P 500 mengalami peningkatan sebanyak 5.9% sepan-jang perdagangan pekan lalu. Performa mingguan ini merupakan yang terbaik sejak bulan Juni lalu. Faktor pendorong selama minggu lalu berasal dari hasil rilis data inflasi untuk bulan Oktober yang menunjukkan perlambatan ke angka 7.75%, dibandingkan bulan sebelumnya di angka 8.2%. Perlambatan inflasi diharapkan akan membuat kebijakan peningkatan suku bunga oleh the Fed juga melambat. Probabili-tas the Fed akan melambatkan peningkatan suku bunga sebesar 50 bps (dari sebe-lumnya diperkirakan 75 bps) pada meeting bulan depan, meningkat ke level 85% dari sebelumnya 80%. Semua sektor ditutup hijau sepanjang pekan lalu, dengan pening-katan terbesar dari sektor IT sebanyak 10%, diikuti oleh sektor Telekomunikasi sebanyak 9.2%.

GDP Indonesia tumbuh 5.72%, lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

Pertumbuhan GDP (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini dilaporkan sebesar +5.72% ke level IDR 2,976 T. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya di 5.45%, dan juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Pertum-buhan ini didukung oleh Net Ekspor yang kuat, dan juga pertumbuhan jumlah inves-tasi. Pertumbuhan jumlah investasi terbesar berasal dari Mesin dan Alat-alat sebesar +36.4%, diikuti oleh Kendaraan Bermotor sebesar +17.1%, dan Alat Transportasi dan Komunikasi sebesar +12.8%. Sementara itu, untuk angka pengangguran dilaporkan berada di angka 5.86%, dimana level ini lebih tinggi dari pre-pandemi di angka 4.94%. Meskipun demikian, rata-rata pendapatan nasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 12.2% year-on-year.

Cadangan devisa kembali menurun demi menjaga stabilitas Rupiah

Cadangan devisa Indonesia dilaporkan berada pada level USD 130.2 Milyar pada akhir bulan Oktober, mengalami penurunan dibandingkan level pada bulan September di USD 130.8 Milyar. Penurunan ini diatribusikan untuk pembayaran utang luar negeri serta upaya stabilisasi Rupiah. Sementara itu, depresiasi nilai Rupiah sejak awal tahun berada di -10.1%. Besar depresiasi ini masih lebih kecil, namun setara dengan negara berkembang lainnya seperti India Rupee di -10.2%, dan Thailand Baht di -12.3%.

Key Takeaways:

Indeks saham pasar Amerika Serikat S&P 500 ditutup hijau selama perdagangan pekan lalu setelah dirilisnya data inflasi yang menun-jukkan mulai adanya perlambatan. Inflasi di AS untuk bulan Oktober tercatat sebesar 7.75%. Angka inflasi yang membaik ini diantisipasi pasar juga akan melambatkan kebijakan peningkatan suku bunga oleh The Fed.

Untuk ekonomi dalam negeri, GDP Indonesia untuk kuartal ketiga bertumbuh +5.72%, lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Pertumbuhan ini didukung oleh Net Ekspor yang kuat dan pertumbuhan jumlah investasi. Cadangan devisa negara dilaporkan kembali mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, oleh karena upaya sta-bilisasi nilai Rupiah. Saat ini nilai Rupiah telah terdepresiasi sebanyak -10.1% sejak awal tahun. Untuk angka pengangguran dilaporkan berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pada sebelum pandemi, di angka 5.86%, meskipun demikian rata-rata pendapatan nasional mengalami peningkatan sebesar 12.2% dibandingkan tahun lalu.

ANALYSTS CERTIFICATION

The views expressed in this research report accurately reflect the analysts’ personal views about any and all of the subject securities or issuers; and no part of the research analyst’s compensation was, is, or will be, directly or indirectly, related to the specific recommendations or views expressed in the report.

DISCLAIMERS

This research is based on information obtained from sources believed to be reliable, but we do not make any representation or warranty nor accept any responsibility or liability as to its accuracy, completeness or correctness. Opinions expressed are subject to change without notice. This document is prepared for general circulation. Any recommendations contained in this document does not have regard to the specific investment objectives, financial situation and the particular needs of any specific addressee. This document is not and should not be construed as an offer or a solicitation of an offer to purchase or subscribe or sell any securities. PT. Surya Timur Alam Raya or its affiliates may seek or will seek investment or other business relationships with entities in this report.