Prospek Investasi Sektor Perbankan di 2024, Apa Kata STAR Asset Management dan Infovesta?
Warta Ekonomi, Jakarta – Tahun 2024 terjadi banyak dinamika, mulai dari politik dalam negeri, musim dividen, hingga konflik geopolitik internasional. Setiap dinamika tersebut dapat memengaruhi iklik investasi di pasar modal dalam negeri, tak terkecuali untuk sektor perbankan. Lantas, bagaimana prospek investasinya di tahun ini?
Head of Research Division Bursa Efek Indonesia, Verdi Ikhwan, menyampaikan bahwa pertumbuhan perusahaan tercatat di BEI yang stabil dengan total 924 perusahaan pada tahun 2024 menjadikan Indonesia memiliki jumlah perusahaan tercatat terbanyak di ASEAN.
“Hal tersebut mencerminkan dinamika pasar modal yang kuat dan prospek ekonomi yang menjanjikan bagi investor,” ungkapnya dalam kegiatan “Market Outlook 2024 dan Prospek Investasi di Sektor Perbankan Pasca-Pemilu dan Musim Pembagian Dividen” yang digelar STAR AM bersama Infovesta di Bursa Efek Indonesia, Senin, 22 April 2024.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyoroti pertumbuhan PDB yang stabil sebesar 5,1% dalam tahun terakhir. Ia menekankan peranan signifikan sektor perbankan dengan pertumbuhan kredit tahunan mencapai 9% dan rasio kredit terhadap deposito (LDR) yang bertahan di 92%, menunjukkan likuiditas yang memadai untuk ekspansi lebih lanjut. Tambahan lagi, peningkatan laba bersih sektor perbankan sebesar 15% dari tahun sebelumnya memperkuat peran sektor ini dalam mendukung perekonomian nasional.
Dalam kontinuitas analisis tersebut, disebutkan bahwa kredit sektor perbankan naik sebesar 8% tahun lalu, sementara deposito tumbuh 6%. Penurunan rasio kredit bermasalah dari 2,9% menjadi 2,5% juga menunjukkan peningkatan dalam kualitas aset, memperkuat fungsi sektor perbankan sebagai pilar utama ekonomi dan pasar modal di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Infovesta, Parto Kawito, menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit di sektor perbankan telah meningkat sebesar 8% selama tahun terakhir, sementara pertumbuhan deposito stabil di angka 6%. Selain itu, kualitas aset meningkat dengan penurunan rasio kredit macet (non-performing loan atau NPL dari 2,9% menjadi 2,5%. Hal tersebut menunjukkan peningkatan kualitas aset di sektor perbankan. Penanda-penanda ini menegaskan peran penting sektor perbankan dalam mendorong perekonomian Indonesia dan dinamika pasar modal.
Deputi Kepala Divisi Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Kresna Hutabarat, menyampaikan bahwa dengan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%, biaya pendanaan meningkat, namun ini juga mendorong kenaikan margin bunga bersih dari 4,3% menjadi 4,8% bagi bank yang efisien. Meskipun biaya pendanaan naik, banyak bank berhasil menyesuaikan strategi kredit dan manajemen risiko untuk memaksimalkan keuntungan, terbukti dari penurunan NPL dari 3,2% menjadi 2,8%.
Direktur Infovesta, Edbert Suryajaya, menyampaikan bahwa Indeks Infobank15, yang berfokus pada saham-saham perbankan terpilih, mencatat kenaikan impresif 12% dalam setahun terakhir, menandakan ketahanan dan potensi pertumbuhan sektor ini. Rata-rata dividen yield saham dalam Indeks Infobank15 mencapai 5,2% pada tahun 2024, dengan rasio P/E yang stabil di angka 13,5, menunjukkan valuasi yang menarik dibanding sektor lain.
“Manajemen risiko yang efektif tercermin dalam nilai beta yang relatif rendah pada 0,9, menandakan bahwa saham-saham dalam indeks ini lebih stabil dan kurang terpengaruh oleh fluktuasi pasar yang tajam, menjadikannya pilihan investasi yang menarik bagi mereka yang mengutamakan keamanan investasi dan pertumbuhan jangka panjang,” ungkapnya.
Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur STAR Asset Management, Susanto Chandra, mengatakan bahwa STAR Infobank15 merupakan produk Reksa Dana indeks ini diharapkan akan memudahkan investor untuk mengakses peluang di sektor perbankan dengan risiko yang terkontrol. Diharapkan, produk ini akan menjadi alternatif cara investasi yang menarik bagi para investor yang memiliki minat di saham-saham sektor perbankan yang memiliki kinerja fundamental kuat dan likuiditas tinggi.
Ia menjelaskan, ada empat keunggulan dari STAR Infobank15, salah satunya adalah reksa dana tersebut fokus pada sektor perbankan, di mana OECD memprediksi Indonesia akan menjadi ekonomi keempat terbesar global pada 2050, dengan sektor perbankan yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Kemudian, reksa dana tersebut mencatatkan kinerja historis yang impresif, yakni dekade terakhir, STAR Infobank15 mencatat kenaikan tahunan rata-rata sebesar 11,5%, melampaui indeks seperti LQ45, IHSG, dan Sri-Kehati yang berkisar 2,3% hingga 5,8%.
Keunggulan berikutnya, dalam lima tahun terakhir, Indeks Infobank15 menunjukkan tren kenaikan dividen yield yang mencapai estimasi 4.07% pada 2024, dengan payout ratio rata-rata 45,8%, menandakan prospek imbal hasil menarik bagi investor jangka panjang dan kenaikan nilai NAB melalui dividen yang berkesinambungan. Kemudian, dalam tiga tahun terakhir, STAR Infobank15 mencatat kenaikan imbal hasil sebesar 25,8%, signifikan melampaui indeks pembanding yang hanya mencapai 6%.
“Meski mencatat pertumbuhan tinggi, Indeks Infobank15 mempertahankan volatilitas terkendali dengan nilai beta 1.18, menunjukkan kombinasi luar biasa antara imbal hasil tinggi dan stabilitas risiko,” tegas Susanto.