STAR Insight, Market Update 3 Oktober 2022
Penurunan S&P 500 sepanjang bulan September terburuk setelah market crash Maret 2020
Pasar Amerika Serikat S&P 500 kembali melanjutkan penurunan yang masih disebabkan oleh peningkatan suku bunga oleh The Fed pada beberapa waktu lalu. S&P 500 turun sebesar -2.91% sepanjang pekan lalu, dan -9.34% sepanjang bulan September. Performa pada bulan September ini merupakan yang terburuk setelah penurunan pada market crash Maret 2020 di awal pandemi. Investor mengharapkan laporan pendapatan kuartal-ketiga yang baik sebagai katalis untuk membalikkan arah pasar. Meskipun demikian, ekspektasi pada analis tidak terlalu positif bila melihat laporan inflasi yang tinggi dan penguatan mata uang US Dollar, yang mana justru dapat berdampak negatif bagi pendapatan perseroan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia positif, ditopang oleh commodity boom
Dari dalam negeri, Badan Kebijakan Fiskal memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di atas 5,4% pada 3Q22 didukung oleh siklus commodity boom. Dampak dari commodity boom masih tercermin dalam realisasi anggaran negara per 22 Agustus, dengan neraca fiskal tetap surplus sebesar Rp 107,4 triliun. Surplus ini ditopang oleh penerimaan negara yang tumbuh lebih tinggi dari belanja. Penerimaan negara mencapai Rp 1.764,4 triliun, tumbuh 49,8% y-y atau setara dengan 50,3% dari target Rp 2.266,2 triliun sementara belanja pemerintah mencapai Rp 1.657 triliun atau tumbuh 6,2% y-y.
Proyeksi Bank Indonesia terhadap inflasi Indonesia bulan September
Bank Indonesia memproyeksikan inflasi pada bulan September akan berada di level 5,88%. Menurut perhitungan BI, komoditas yang menyumbang inflasi sebagian besar disumbang oleh harga minyak yang meningkat 0,91% lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, BI juga memberikan pernyataan bahwa jika angka inflasi terus meningkat, maka BI akan mengerahkan kebijakan moneter untuk menekan angka inflasi sampai akhir tahun.
Key Takeaways:
S&P500 mengalami penurunan terdalam sejak Maret 2020. S&P 500 turun sebesar -2.91% sepanjang pekan lalu, dan -9.34% sepanjang bulan September. Hal ini masih disebabkan oleh efek kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. Outlook analis di AS mengharapkan laporan kuartal ketiga yang akan lebih baik dan memutarbalikan arah pasar. Namun dengan kondisi makro ekonomi yang kurang mendukung dari sisi inflasi yang tinggi maka akan berdampak negatif ke pendapatan perusahaan di AS.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan bertumbuh diatas 5,4% pada 3Q22 yang disokong oleh commodity boom. Kondisi tersebut juga tetap menjaga neraca fiskal tetap dalam posisi surplus Rp 107,4 triliun yang berarti pemasukan negara lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran negara. Penerimaan negara mencapai Rp 1.764,4 triliun dan pengeluaran negara pada posisi Rp 1.657,4 triliun.
Masih dari dalam negeri, Bank Indonesia memproyeksikan inflasi tahunan akan tumbuh sebesar 5,88% dimana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang naik sebesar 0,91% secara bulanan. BI berpendapat, jika inflasi terus mengalami kenaikan, maka BI selaku bank sentral akan fokus untuk menekan laju inflasi sampai akhir tahun. Kebijakan moneter yang dimaksud oleh Bank Indonesia (BI) adalah kebijakan moneter kontraktif, dimana kebijakan ini dilakukan dalam rangka untuk mengurangi jumlah uang beredar dan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Salah satu kebijakan yang telah dilakukan pada tahun ini adalah kebijakan BI yang menaikkan suku bunga acuan.
ANALYSTS CERTIFICATION
The views expressed in this research report accurately reflect the analysts’ personal views about any and all of the subject securities or issuers; and no part of the research analyst’s compensation was, is, or will be, directly or indirectly, related to the specific recommendations or views expressed in the report.
DISCLAIMERS
This research is based on information obtained from sources believed to be reliable, but we do not make any representation or warranty nor accept any responsibility or liability as to its accuracy, completeness or correctness. Opinions expressed are subject to change without notice. This document is prepared for general circulation. Any recommendations contained in this document does not have regard to the specific investment objectives, financial situation and the particular needs of any specific addressee. This document is not and should not be construed as an offer or a solicitation of an offer to purchase or subscribe or sell any securities. PT. Surya Timur Alam Raya or its affiliates may seek or will seek investment or other business relationships with entities in this report.