STAR Insight, Market Update 19 Juni 2023
The Fed Tahan Suku Bunga, S&P 500 Naik 2.58%
Pasar saham Amerika Serikat S&P 500 ditutup naik sebanyak +2.58% sepanjang perdagangan pekan lalu. Berita besar minggu ini adalah keputusan Federal Reserve untuk tidak menaikkan suku bunga setelah sepuluh kali kenaikan berturut-turut. Meskipun demikian, The Fed juga merilis proyeksi titik acuan yang lebih hawkish dari yang diharapkan. Fed memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto, inflasi inti, dan tingkat puncak suku bunga yang lebih tinggi, yang mengindikasikan bahwa masih ada dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini. Peserta pasar terlihat mengabaikan sinyal dua kenaikan lagi dan lebih fokus pada data ekonomi, yang terus menunjukkan pelonggaran inflasi dan tanda-tanda pendinginan di ekonomi, yang membuat mereka meningkatkan kepercayaan bahwa The Fed akan mengakhiri siklus pengetatan agresifnya lebih cepat. Sektor yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga adalah yang paling diuntungkan dari keputusan The Fed ini, dengan sektor Teknologi mengalami kenaikan sebanyak +4.44% pada pekan lalu, juga didukung dengan hype seputar kecerdasan buatan (AI) yang terus mendorong sentimen positif di sektor tersebut.
Penurunan Surplus Perdagangan Indonesia
Surplus perdagangan Indonesia mengalami penurunan signifikan pada bulan Mei 2023, dengan neraca perdagangan turun menjadi USD440 juta dari USD3.9 miliar bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan yang besar dalam pertumbuhan impor sebesar 14.4% dibandingkan tahun sebelumnya, dan ekspor yang hanya bertumbuh 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan impor yang signifikan berasal dari barang modal seperti mesin, besi, dan kendaraan, dimana kelompok ini tumbuh sebanyak 60% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu juga terjadi lonjakan pada impor barang-barang murah dari China. Dari sisi ekspor, secara kumulatif sebenarnya mengalami penurunan sejak awal tahun. Kebanyakan penurunan terjadi pada komoditi yang banyak diimpor oleh China, seperti batu bara, besi, dan mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh pelemahan permintaan domestik serta perlambatan sektor ekonomi di China. Proyeksi surplus perdagangan Indonesia yang baru akan berada dalam kisaran USD 2-3 miliar di bawah kondisi ini.
Cadangan Devisa Indonesia Turun $4.9 Miliar
Cadangan devisa Indonesia turun sebesar USD 4.9 miliar menjadi USD 139.3 miliar pada bulan Mei 2023. Hal ini disebabkan oleh repatriasi dividen, pembayaran obligasi global, dan penurunan surplus perdagangan. Repatriasi dividen yang lebih besar dari biasanya terjadi setelah arus masuk yang kuat dan pembayaran melimpah bagi saham Indonesia. Dua obligasi dalam denominasi USD yang jatuh tempo pada Mei juga turut berkontribusi dalam penurunan ini. Penurunan cadangan devisa ini bukan masalah yang perlu dikhawatirkan secara langsung, kecuali jika berlanjut. Jatuh tempo obligasi global dan repatriasi dividen bersifat musiman, sementara indikasi pasar tetap optimis. Namun, perlu berhati-hati terhadap neraca transaksi berjalan yang kemungkinan akan menjadi defisit sempit tahun ini.
Key Takeaways:
Pasar saham Amerika Serikat S&P 500 ditutup naik sebanyak +2.58% sepanjang perdagangan pekan lalu. Berita besar minggu ini adalah keputusan Federal Reserve untuk tidak menaikkan suku bunga setelah sepuluh kali kenaikan berturut-turut. Meskipun demikian, The Fed juga merilis proyeksi titik acuan yang lebih hawkish dari yang diharapkan. Sektor yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga adalah yang paling diuntungkan dari keputusan The Fed ini, dengan sektor Teknologi mengalami kenaikan sebanyak +4.44% pada pekan lalu, juga didukung dengan hype seputar kecerdasan buatan (AI) yang terus mendorong sentimen positif di sektor tersebut.
Untuk ekonomi dalam negeri, surplus perdagangan Indonesia mengalami penurunan signifikan pada bulan Mei 2023, dengan neraca perdagangan turun menjadi USD440 juta dari USD3.9 miliar bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan yang besar dalam pertumbuhan impor sebesar 14.4% dibandingkan tahun sebelumnya, dan ekspor yang hanya bertumbuh 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Cadangan devisa Indonesia turun sebesar USD 4.9 miliar menjadi USD 139.3 miliar pada bulan Mei 2023. Hal ini disebabkan oleh repatriasi dividen, pembayaran obligasi global, dan penurunan surplus perdagangan.
ANALYSTS CERTIFICATION
The views expressed in this research report accurately reflect the analysts’ personal views about any and all of the subject securities or issuers; and no part of the research analyst’s compensation was, is, or will be, directly or indirectly, related to the specific recommendations or views expressed in the report.
Â
DISCLAIMERS
This research is based on information obtained from sources believed to be reliable, but we do not make any representation or warranty nor accept any responsibility or liability as to its accuracy, completeness or correctness. Opinions expressed are subject to change without notice. Contents in this research is intended to be used and must be used for informational purposes only. It is very important to do your own analysis before making any investment based on your own personal circumstances. You should take independent financial advice from a professional in connection with, or independently research and verify, any information that you find on our report and wish to rely upon, whether for the pur-pose of making an investment decision or otherwise. Any recommendations contained in this document does not have regard to the specific investment objectives, financial situation and the particular needs of any specific addressee. This document is not and should not be construed as an offer or a solicitation of an offer to purchase or subscribe or sell any securities. PT. Surya Timur Alam Raya or its affiliates may seek or will seek investment or other business relationships with entities in this report.